BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur selama ini masih merupakan penyakit yang relatif jarang dibicarakan. Akan tetapi akhir-akhir ini perhatian terhadap penyakit ini semakin meningkat dan kejadian infeksi jamur paru semakin sering dilaporkan. Cryptococcus neoformans merupakan salah satu jamur yang dapat menginfeksi manusia. Cryptococcus neoformans adalah jamur tak berkapsul yang bersifat patogen. Didapatkan secara meluas di alam dan sebagian besar pada tinja burung merpati yang kering. Penyakit yang ditimbulkan biasanya terkait dengan fungsi imun yang tertekan. Infeksi berupa infeksi subklinik. Cryptococcus neoformans mampu tumbuh dengan optimal pada suhu 370C berbeda dangan spesies cryptococcus yang non patogen. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan terapi kombinasi amfoterisin B dengan fluositosin.
Pada tahun 1894, penemuan berasal dari fermentasi jus buah persik yang menemukan jenis jamur tak berkapsul. Jamur tersebut kemudian diisolasi oleh seorang berkebangsaan Italia bernama Sanfelice dan tak lama setelah itu didapatkan juga dari tulang kering seorang wanita. Setelah itu terbuka pikiran bahwa jamur tersebut berpotensi bersifat patogen bagi manusia. Tahun – tahun berikutnya, mikroorganisme yang pertama kali diisolasi oleh Sanfelice kemudian diisolasi ulang dan diberikan beberapa nama antar lain, Saccharomyces hominis, Cryptococcus hominis dan Torula histolytica. Pemberian nama ini masih menimbukan sedikit kebingungan dan pada akhirnya diputuskan diberi nama Cryptococcus neoformans sebagai nama isolat jamur yang diisolasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa epidemologi Cryptococcus neoformans ?
2. Penyebab terkena Cryptococcus neoformans ?
3. Bagaimana gejala klinis Cryptococcus neoformans ?
4. Morfologi Cryptococcus neoformans ?
5. Pecegahan dan pengobatan penderita Cryptococcus neoformans ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Cryptococcus neoformans
2. Mengetahui penyebab timbulnya Cryptococcus neoformans
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala morfologi pengobatan dan pencegahan Cryptococcus neoformans
BAB II
PEMBAHASAN
A. Epidiemology
Cryptococcus neoformans didistribusikan di seluruh dunia. Sebagian besar kasus melibatkan kriptokokosis serotipe A dan D. serotipe B dan C dibatasi ke daerah-daerah tropis dan subtropis dan terisolasi dari spesies tertentu pohon kayu putih dan udara di bawah mereka. Cryptococcus neoformans var neoformans, yang pulih dari kotoran burung merpati usia, sarang burung, dan guano, adalah selalu serotipe A atau D. Meskipun serotipe A dan D yang ada dalam konsentrasi tinggi dalam tinja merpati, jamur tidak menginfeksi unggas. Dalam lembab atau kotoran burung dara kering, neoformans C dapat bertahan hidup selama 2 tahun atau lebih. Dalam lingkungan saprobik, C neoformans tumbuh unencapsulated, namun, strain unencapsulated virulensi kembali mereka setelah diperoleh kembali kapsul polisakarida mereka. Cryptococcus neoformans var gattii biasanya menyebabkan penyakit pada pasien dengan imunitas diperantarai sel utuh.
Kriptokokosis alami terjadi pada hewan dan manusia, tetapi tidak penularan hewan ke manusia atau penularan dari orang ke orang melalui rute paru belum didokumentasikan. Transmisi melalui transplantasi organ telah dilaporkan ketika organ donor yang terinfeksi digunakan. C neoformans var neoformans menyebabkan sebagian besar infeksi kriptokokus pada host imunosupresi, termasuk pasien dengan AIDS, sedangkan C neoformans var gattii penyebab 70-80% infeksi kriptokokus diantara host imunokompeten.
Meskipun C neoformans var neoformans ditemukan di seluruh dunia, C neoformans var gattii biasanya diidentifikasi di daerah subtropis seperti Australia, Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Tengah dan sub-Sahara Afrika. Di Amerika Serikat, C neoformans var gattii ditemukan di Southern California.
Meskipun C neoformans var neoformans ditemukan di seluruh dunia, C neoformans var gattii biasanya diidentifikasi di daerah subtropis seperti Australia, Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Tengah dan sub-Sahara Afrika. Di Amerika Serikat, C neoformans var gattii ditemukan di Southern California.
Seperti disebutkan di atas, Cryptococcus neoformans var gattii dapat ditemukan dalam hubungan dengan pohon-pohon yang berbeda, seperti pohon-pohon karet sungai merah (E camaldulensis) dan pohon hutan karet merah (E tereticornis). Infeksi diperoleh dengan menghirup udara ditanggung propagul yang menginfeksi paru-paru dan mungkin memperluas melalui fungemia untuk melibatkan SSP.
Pada tahun 1999, Cryptococcus neoformans var gattii muncul di Pulau Vancouver, British Columbia, Kanada. Infeksi telah dilaporkan antara penduduk dan pengunjung ke pulau, serta antara hewan peliharaan dan liar. Penyakit telah paling sering diidentifikasi pada kucing, anjing dan musang. mamalia laut juga telah diidentifikasi untuk membawa infeksi. Vektor dapat membubarkan spora dari daerah endemik ke daerah yang sebelumnya tidak terpengaruh. Ini mungkin telah menjadi rute penyebaran dalam kasus Pulau Vancouver. Sejak tahun 2003, penyakit kriptokokus telah menjadi infeksi di tingkat propinsi dilaporkan di British Columbia. Isolat telah diidentifikasi di cemara Douglas pesisir dan zona hemlock pesisir barat biogeoclimatic.
Kejadian infeksi yang berhubungan dengan usia, ras, atau pekerjaan tidak secara signifikan berbeda. orang Sehat dengan riwayat kontak dengan merpati atau kotoran burung dan pekerja laboratorium terpapar ke aerosol organisme memiliki tingkat yang lebih tinggi reaksi kulit positif tertunda untuk antigen kriptokokus atau cryptococci. Kadang-kadang, laboratorium kecelakaan mengakibatkan transmisi neoformans C, tetapi penyakit paru dan disebarluaskan jarang dalam pengaturan ini. Terkadang inokulasi kulit dengan neoformans C menyebabkan penyakit kulit yang terlokalisasi.
B. Penyebab
Spora dari jamur yang menyebabkan kriptokokus dihasilkan di permukaan tanah (soil) dan terbawa dan tersebar kemana-mana oleh angin, lalu terhirup manusia dan menimbulkan infeksi.Cryptococcus neoformans suka hidup di lingkungan yang tercemar kotoran burung atau kelelawar. Kriptokokosis atau penyakit yang disebut infeksi jamur Cryptococcus neoformans terjadi bila seseorang termakan buah-buahan atau terminum susu yang telah tercemari atau terkontaminasi dengan kotoran burung yang mengandung jamur tersebut. Mastitis pada lembu bisa pula akibat infeksi jamur Cryptococcus neoformans sehingga terminum susu lembu yang mengidap mastitis bisa pula mengundang infeksi jamur tersebut.
C. Gejala Klinis
Gejala klinis pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung, bersin, mucopurulent, serous (bunyi sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau bongkol-bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa serous eksudat pada permukaan kulit. Infeksi ini juga dikaitkan dengan penyakit saraf karena berhubungan dengan perubahan CNS, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan. Berbeda dengan kucing, pada anjing tampak gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan CNS dan kebutaan. Gejala klinis lain adalah meningoencephalitis, radang urat saraf yang berhubungan dengan mata, dan granulomatous chorioretinitis. Kadang juga ditemukan luka di dalam rongga hidung. Sekitar 50% anjing ditemukan infeksi pada paru-paru, ginjal, kelenjar getah bening, limpa, hati, gondok, pankreas, tulang, otot, myocardium, glandula prostata, klep hati/jantung, dan amandel.
Luka yang ditimbulkan berupa massa seperti agar-agar, mengandung banyak mikroorganisme yang menyebabkan radang di fase granuloma. Luka pada umumnya terdiri atas kumpulan organisme tanpa capsula di dalam suatu jaringan. Terlihat berupa macrophages dan sel raksasa dengan beberapa sel plasma dan lymphocytes. Epithelioid sel raksasa dan area necrosis lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi sistemik mycosis yang lain
D. Morfologi
Cryptococcus neoformans di dalam jaringan atau cairan spinal berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter 4-12μm, sering bertunas, dan dikelilingi oleh simpai yang tebal. Pada agar Sabouraud dengan suhu kamar koloni yang terbentuk berwarna kecoklatan,mengkilat, dan mukoid. Biakan tidak meragi karbohidrat tapi mengasimilasi glukosa, maltosa, sukrosa, dan galaktosa (tetapi laktosa tidak). Urea dihidrolisis. Berbeda dari kriptokokus non patogen C. neoformans tumbuh baik pada suhu 370C pada sebagian besar pembenihan laboratorium yang tersedia, asalkan tidak mengandung siklo heksamida. Pencampuran serotip A da D atau B dan C menyebabkan timbulnya misellium dan basidiospora Filobasidiella neoformans var neoformans atau Filobasidiella neoformans var gartii.
Semua spesies Cryptococcus merupakan jamur non-fermentasi aerob. Pembagian spesies berdasarkan dari asimilasi berbagai macam karbohidrat dan KNO3.
Karakter C. neoformans yang memiliki struktu polisakarida
E.Pengobatanya dan pencegahan
MENINGITIS diobati dengan obat antijamur. Beberapa dokter memakai flukonazol. Obat ini tersedia dengan bentuk pil atau suntikan dalam pembuluh darah (intravena/IV). Flukonazol lumayan efektif, dan biasanya mudah ditahan (lihat Lembaran Informasi (LI) 534). Itrakonazol kadang kala dipakai untuk orang yang tidak tahan dengan flukonazol. Dokter lain memilih kombinasi amfoterisin B dan kapsul flusitosin.
amfoterisin B adalah obat yang sangat manjur. Obat ini disuntikkan atau diinfus secara perlahan, dan dapat mengakibatkan efek samping yang parah. Efek samping ini dapat dikurangi dengan memakai obat semacam ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin B dipakai. Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi selaput lemak menjadi gelembang kecil yang disebut liposom. Versi ini mungkin menyebabkan lebih sedikit efek samping.
Meningitis kriptokokus kambuh setelah kejadian pertama pada kurang lebih separo orang. Kemungkinan kambuh dapat dikurangi dengan terus memakai obat antijamur.
Untuk beberapa orang, cairan sumsum tulang belakang harus disedot setiap hari untuk beberapa lama untuk mengurangi tekanan pada otak.
Walau jarang, meningitis kriptokokus dapat tampaknya kambuh atau menjadi lebih berat bila terapi antiretroviral (ART) dimulai dengan jumlah CD4 yang rendah, terutama setelah pengobatan sebelumnya. Gejala mungkin tidak umum. Hal ini disebabkan oleh pemulihan sistem kekebalan tubuh – lihat LI 473.
Jika kita meningitis, kita diobati dengan obat antijamur seperti amfoterisin B, flukonazol dan flusitosin. amfoterisin B adalah yang paling manjur, tetapi obat ini dapat merusak ginjal. Obat lain mengakibatkan efek samping yang lebih ringan, tetapi kurang efektif memberantas kriptokokus.
Jika meningitis didiagnosis cukup dini, penyakit ini dapat diobati tanpa memakai amfoterisin B. Namun, pengobatan umum adalah amfoterisin B untuk dua minggu diikuti dengan flukonazol oral (pil). Flukonazol harus dipakai terus untuk seumur hidup. Tanpa ini, meningitis kemungkinan akan kambuh.
Memakai flukonazol waktu jumlah CD4 di bawah 50 dapat membantu mencegah meningitis kriptokokus. Tetapi ada beberapa alasan sebagian besar dokter tidak meresepkannya:
- Sebagian besar infeksi jamur mudah diobati
- Flukonazol adalah obat yang sangat mahal
- Memakai flukonazol jangka panjang dapat menyebabkan infeksi jamur ragi (seperti kandidiasis mulut (thrush), vaginitis, atau infeksi kandida parah pada tenggorokan) yang kebal (resistan) terhadap flukonazol. Infeksi resistan ini hanya dapat diobati dengan amfoterisin B
Garis Dasar
Meningitis kriptokokus terjadi paling sering pada orang dengan jumlah CD4 di bawah 100. Walaupun obat antijamur dapat mencegah meningitis kriptokokus, obat ini biasanya tidak dipakai karena mahal dan risiko mengembangkan infeksi ragi yang resistan terhadap obat tersebut.
Jika kita meningitis, diagnosis dini mungkin membolehkan pengobatan dengan obat yang kurang beracun. Kita sebaiknya menghubungi dokter jika kita mengalami sakit kepala, leher pegal, masalah penglihatan, kebingungan, mual, atau muntah.
Jika kita pernah meningitis, kita harus memakai obat antijamur terus-menerus untuk mencegah kambuhnya. Namun profilaksis ini dapat dihentikan bila CD4 kita tetap di atas 200 selama enam bulan akibat penggunaan ART.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik yang disebut cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human). Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difusI. Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Kelompok kedua adalah kelompok jamur opportunistik salah satunya adalah Cryptococcus neofarmans.
B. Saran
1. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).
2. Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik. Amphotericin B diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh minggu, tergantung dari perbaikan klinis danekmbalinya cairan serebrospinal kearah norma
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentar yah