SELAMAT DATANG DI BLOG IRWAN GRAVES TEMPAT SHARING MASALAH HUKUM DAN LAIN-LAIN SYA MENYEDIAKAN BERBAGAI MAKALAH BUAT KAWAN SEMUA SILAHKAN TELUSURI SETIAP POSTING
Kali ini irwan graves akan share tentang Makalah , namun sebelumnya harab bersabar karena kita akan berbasa-basi dulu, kenapa selalu harus berbasa-basi ketika posting ? Karena itu adalah ciri khas irwan graves
BAGI KAWAN YANG INGIN SHARE SILAHKAN COPAS LINK SAYA
SELAMAT BERTELUSUR SEMOGA ARTIKEL YANG SAYA POSTING BERMANFAAT BAGI KAWAN SEMUA
BUAT KAWAN SEMUA JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DARI ARTIKEL YANG SAYA POSTING
PENDAHULUAN
1.
1 LATAR BELAKANG
Adanya
gangguan dan kelainan yang terjadi pada usia dewasa dapat dideteksi sejak
balita. Dalam hal ini, peran orangtua dan dokter anak cukup besar. Setiap
orangtua pasti ingin tumbuh kembang buah hatinya berjalan sempurna. Namun
bagaimana jika ada gangguan dalam tahapan proses tumbuh kembang si kecil?
Anda bisa mengetahuinya
melalui program Kementrian Kesehatan yang dilakukan dalam rangka peringatan
Hari Anak Nasional, yakni dengan kegiatan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). SDIDTK merupakan rangkaian kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang secara dini agar lebih
mudah diintervensi serta memberikan konseling kepada keluarga bagaimana
cara menstimulasi tumbuh kembang anak.
“Bila penyimpangan terlambat dideteksi, maka lebih sulit diintervensi dan
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak,” kata Direktur Kesehatan Anak,
Ditjen Bina Kesmas, Kementrian Kesehatan, Fatni Sulani.
Hasilnya, dari 476 anak yang diberi
pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun
lima jenis kelainan tumbuh kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayed
Development (tumbuh kembang yang terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed
Development sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali sebanyak
7 anak dan anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan
terakhir sebanyak 7 anak.
Kelainan tersebut bisa ditemukan dengan melakukan beberapa proses
pemeriksaan mulai dari pengukuran lingkar kepala, ukuran tinggi badan dan
memperhatikan beberapa deteksi dini penyimpangan sebagai berikut:
1. Perhatikan Pertumbuhan, lihat status gizi
anak apakah normal, kurang atau buruk, makrocephali dan mikrocephali.
2. Perhatikan Perkembangannya, apakah
mengalami kelemahan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya dengar
3.
Perhatikan gangguan mental
emosionalnya
4.
Autisme
5.
Perhatikan pula hiperaktivitas
dan gangguan pemusatan perhatiannya.
Periode 5 (lima)
tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa
Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window
opportunity) atau Masa Kritis (critical period)" karena
periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat
pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima
berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya.
Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang 'relatif pendek'
dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang
tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan tenaga kesehatan harus memanfaatkan
kesempatan ini untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi
melalui kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK).
Kebutuhan tumbuh kembang merupakan salah satu hak dasar anak
sesuai Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi
Hak-hak anak tahun 1989/1990. Oleh karena itu orang tua perlu mengupayakan
agar anaknya bertumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan
dasar anak agar bertumbuh dan berkembang optimal termasuk melakukan
kegiatan SDIDTK. Kegiatan SDIDTK meliputi:
1.
Stimulasi dini yang
memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan motorik
(gerak kasar dan halus), berbicara, berbahasa, bersosialisasi dan kemandirian
anak meningkat secara optimal sesuai usia anak.
2.
Deteksi dini, yaitu melakukan
pemeriksaan/skrining atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya
penyimpangan tumbuh kembang balita.
3.
Intervensi dini,
yaitu melakukan koreksi sejak dini dengan memanfaatkan plastisitas otak
anak untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang, serta mencegah
supaya penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.
4.
Rujukan dini, yaitu
merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah penyimpangan tumbuh
kembang tidak dapat diatasi di tingkat rumah tangga meskipun sudah
dilakukan intervensi dini.
I. 2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang
masalah diatas, muncul permasalahan
yang menjadi pembahasan dalam makalah ini, yaitu:
ü Apa sajakan deteksi pertumbuhan bayi ?
ü Apa sajakah deteksi perkembangan bayi dan
balita ?
ü Bagaimanakah aspek mental emosional tersebut ?
I.
3 TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan
Berdasarkan
pada rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1) Deteksi
pertumbuhan bayi.
2) Deteksi perkembangan bayi dan balita.
3) Aspek
mental emosional.
B.
Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh
dalam makalah ini adalah :
1)
Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang Deteksi Tumbuh Kembang Bayi dan Balita.
2)
Sebagai salah proses satu
sumber dan bahan acuan bagi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
DETEKSI PERTUMBUHAN BAYI
Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang
perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan
(skill) fungsi organ atau individu.kedua proses ini terjadi secara sinkron pada
setiap individu.n (s
A. Aspek pertumbuhan :
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya
(LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada
grafik.
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
Ø Tujuan
pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk.
Ø Jadwal
pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita. Pengukuran
dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pengukuran BB :
a. Menggunakan timbangan bayi :
1.
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang
anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk
tenang
2.
Letakkan timbangan pada meja yang datar
dan tidak mudah bergoyang
3.
Lihat posisi jarum atau angka harus
menunjuk ke angka nol
4.
Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos
kaki dan sarung tangan
5.
Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
6.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti
7.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan atau angka timbangan
8. Bila bayi
terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
b.
Menggunakan timbangan injak :
1.
Letakkan timbangan di lantai yang datar
sehingga tidak mudah bergerak
2.
Lihat posisi jarum atau angka menunjuk
angka nol
3.
Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari
yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak
memegang sesuatu
4.
Anak berdiri di atas timbangan tanpa
dipegangi
5.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan atau angka timbangan
7. Bila bayi
terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan
jarum ke kanan dan ke kiri
2. Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan
(TB)
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring :
1.
Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2.
Bayi dibaringkan telentang pada alas yang
datar
3.
Kepala bayi menempel pada pembatas angka
nol
4.
Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala
bayi agar tetap menempel pada pembatas angka nol ( pembatas kepala)
5.
Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi
agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
6.
Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur
b. Cara mengukur dengan posisi berdiri :
1.
Anak tidak memakai sandal atau sepatu
2.
Berdiri tegak menghadap ke depan
3.
Punggung, pantat dan tumit menempel pada
tiang pengukur
4.
Turunkan batas atas pengukur sampai
menempel di ubun-ubun
5.
Baca angka pada batas tersebut
3. Pengukuran lingkar kepala
Ø Tujuan
pengukuran
Untuk
mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal
Ø Jadwal
pengukuran
Disesuaikan
dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada
ank yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan.
Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
Ø Cara mengukur
lingkar kepala :
a.
Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak
melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b.
Baca angka pada pertemuan dngan angka nol
c.
Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung
umur bayi atau anak
d.
Hasil pengukuran dicatat pada grafik
lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
e. Buat garis
yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang
Ø Lingkar
Kepala, Berhubungan
dengan perkembangan volume otak
1. Lingkar kepala lebih besar
dari normal (makrosefali))
88% IQ normal,
5 % keterbelakangan mental
ringan,
7 % keterbelakangan mental
berat (Lober & Priestly, 1981)
2. Lingkar kepala lebih kecil dari normal
(mikrosefali) keterbelakangan mental.
¥ Faktor penentu pertumbuhan anak :
a.
Internal :
genetik : ayah, ibu, nenek, kakek, dst
proses selama kehamilan : nutrisi, penyakit, obat, polusi, dll
b. Eksternal: nutrisi, penyakit, polusi, aktivitas fisik sinkron pad setiap individu.
I. 2 DETEKSI PERKEMBANGAN BAYI DAN BALITA
Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam bidang
motorik kasar, motorik halus, kemapuan berbahasa maupun sosialisasi dan
kemandirian.
Ciri-ciri perkembangan adalah :
1. Perkembangan menimbulkan
perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan intelengensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut syaraf.
2.
Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Seorang anak tidak akan bisa melewati suatu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh :
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis dan penentu.
3. Perkembangan memiliki pola
yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut 2 hukum tetap, yaitu :
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/ anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan lebih dahulu terjadi di daerah
proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari
yang mempunyai kemampuan gerakan halus (pola proksimodistal).
4. Perkembangan memiliki tahap
yang berurutan.
Tahapan perkembangan dilalui seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak
bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat gambar
kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
5. Perkembangan memiliki
kecepatan yang berbeda.
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan
berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam perkembangan fungsi
organ maupun perkembangan pada masing-masing anak.
6. Perkembangan berkolerasi
dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat,
perkembanganpun demikian, terjadi peningkatan mental, ingat, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
a) Deteksi penyimpangan perkembangan anak
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP).
Ø Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui
apakah perkembangan anak normal atau tidak.
Ø Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada
saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk
usia skrining terdekat yang lebih muda.
Ø
1. Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut
kelompok umur. Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak, petugas memeriksa/menanyakan
kepada orang tua dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk untuk setiap
kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.
2. Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban
"Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak SESUAI dengan tahap
perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti perkembangan
anak MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah 6 atau kurang
berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN perkembangan anak.
¥ Bila
perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1.
Beri pujian kepada ibu karena telah
mengasuh anaknya dengan baik.
2.
Teruskan pola asuh anak sesuai tahap
perkembangan anak.
3.
Beri stimulasi perkembangan anak setiap
saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4.
Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada
kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan kelompok bermain dan TK.
5.
Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP
setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
umur 24 bulan sampai 72 bulan.
6.
¥ Bila
perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
1.
Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan
stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering
mungkin.
2.
Ajarkan ibu cara melakukan intervensi
stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar
ketinggalannya.
3.
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar
ketinggalannya.
4.
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
5.
Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6.
Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya”
tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P).
7. Bila tahapan
perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:
Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa,
sosialisasi dan kemanidirian)
b) Tes Daya Dengar (TDD)
Ø Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD setiap 3 bulan pada bayi
(usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas.
Ø Jadwal :
setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia
12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga
PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
1. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD
menurut usia anak, gambar-gambar binatang dan manusia serta mainan (boneka,
cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari 24 bulan, semua
pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari
24 bulan, pertanyaan berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan anak. Pemeriksa mengamati dengan
teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah yang
diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat
melakukan yang diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak
mau melakukan perintah.
2. Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada
satu atau lebih jawaban "Tidak" kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran. Intervensinya: bila perlu pemeriksaan diulang 2 minggu
kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke
Rumah Sakit bila diduga mengalami gangguan pendengaran.
c)
Tes Daya Lihat
(TDL)
Ø Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak
sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia
pra-sekolah (36-72 bulan).
Ø Jadwal :
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini
oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
1.
Alat yang diperlukan :
a.
Ruangan yang bersih, tenang dengan
penyinaran yang baik.
b.
Dua buah kursi , satu untuk anak, satu
untuk pemeriksa.
c.
Poster “E” untuk digantung dari kartu “E”
untuk dipegang anak.
d.
Alat penunjuk
2.
Cara melakukan tes daya lihat :
a.
Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan
penyinaran yang baik.
b.
Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
pada posisi duduk.
c.
Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari
poster “E” mengahap ke poster “E”.
d.
Letakkan sebuah kursi lainnya disamping
poster “E” untuk pemeriksa.
e.
Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan
benar.
f.
Selanjutnya anak diminta menutup sebelah
matanya dengan buku/ kertas
g.
Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada
poster satu- persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E”
terkecil yang masih dapat dilihat.
h.
Uji anak setiap kali dapat mencocokan
posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i.
Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata
satunya dengan cara yang sama.
j.
Setiap
kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian.
3. Interpretasi hasil
pemeriksaan :
Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai
baris ketiga Poster E dengan kedua matanya maka diduga anak mengalami
gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan intervensi:
Minta kepada orang tua agar membawa anaknya untuk memeriksa ulang 2 minggu
kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2 minggu kemudian didapati hasil yang
sama maka kemungkinan anak memang mengalami gangguan daya lihat. Selanjutnya
pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke Rumah Sakit dengan membawa surat rujukan yang berisi
keterangan mata yang mengalami gangguan (mata kiri, kanan atau keduanya).
Ada 4 aspek yang dinilai dalam
perkembangan:
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, terutama
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dll
Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
- Sosialisasi
dan kemandirian :
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersoialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
0 komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentar yah